Daftar Istilah Mata Kuliah Ekologi Laut Tropis

RESUME MATA KULIAH EKOLOGI LAUT TROPIS

ISTILAH-ISTILAH

Abisal : daerah yang lebih jauh dan lebih dalam dari pantai (1.500-10.000 m).

Abisal pelagik : daerah dengan kedalaman mencapai 4.000m; tidak terdapat tumbuhan tetapi hewan masih ada. Sinar matahari tidak mampu menembus daerah ini.

Adaptasi fisiologi : adalah penyesuaian fungsi alat-alat tubuh bagian dalam suatu organisme terhadap lingkungan tempat hidupnya. Adaptasi fisiologi meliputi fungsi alat-alat tubuh. Adaptasi ini bisa berupa enzim yang dihasilkan suatu organisme

Adaptasi morfologi : adalah penyesuaian struktur alat tubuh luar suatu organisme terhadap lingkungan tempat hidupnya, adaptasi morfologi meliputi bentuk tubuh. Adaptasi Morfologi dapat dilihat dengan jelas.

Anorganik : sesuatu yang bersumber dari benda tak hidup contohnya, air, udara,tanah,atmosfer,dll

Batial : daerah yang dalamnya berkisar antara 200-2500 m

Batiopelagik : daerah lereng benua dengan kedalaman 200-2.500 m. Hewan yang hidup di daerah ini misalnya gurita.

Biogeografi : yaitu bidang ilmu yang mempelajari dan berusaha untuk menjelaskan distribusi organisme di permukaan bumi. Di dunia ini dikenal 6 daerah biogeografi dengan masing-masing daerah yang memiliki perbedaan dan keseragaman tertentu (unik) dalam kelompok-kelompoknya.

Ekosistem : interaksi antara komunitas biotik dengan habitatnya yang di dalamnya terdapat beberapa komponen abiotik yng sifatny komplek serta mambantuk suatu kesatuan yang utuh dan menjalankan sebuah fungsi tertentu.

Ekologi : ekologi berasal dari bahasa yunani oikos yang berarti rumah tangga dan logos yang berarti ilmu, yang berarti kajian tentang struktur dan fungsi alam. Lingkungan dapat berupa lingkungan fisik atau lingkungan kimia, atau lingkungan hayati, jadi dapat berupa tumbuhan dan hewan dapat bertindak sebagai lingkungan bagi makhluk hidup lain.

Ekologi laut : merupakan ilmu yang mempelajari tentang Ekosistem air laut. Ekosistem air laut dibedakan atas lautan, pantai, estuari, dan terumbu karang, dan padang lamun. Berikut penjelasan tentang ekologi laut.

Epipelagik : daerah antara permukaan dengan kedalaman air sekitar 200 m.

Estuarin : adalah perairan yang semi tertutup yang berhubungan bebas dengan laut, sehingga air laut dengan salinitas yang tinggi dapat bercampur dengan air tawar. Kombinasi pengaruh air laut dan air tawar tersebut akan menghasilkan suatu komunitas yang khas dengan kondisi lingkungan yang bervariasi.

Evolusi : merupakan cabang biologi yang menjelaskan perkembangan makhluk hidup secara bertahap dalam jangka waktu lama, dari bentuk sederhana menjadi bentuk kompleks

Feeding ground : suatu kawasan yang sesuai untuk mencari makanan bagi organisme tertentu

Fiksasi nitrogen : nitrogen yang ada di atmosfer ditransfer ke dalam tanah secara langsung yaitu secara biologis dapat dilakukan oleh bakteri Rhizobium yang bersimbiosis dengan polong-polongan, bakteri Azotobacter dan Clostridium. Selain itu ganggang hijau biru dalam air juga memiliki kemampuan memfiksasi nitrogen

Habitat : adalah tempat tinggal berbagai jenis organisme hidup melaksanakan kehidupannya. Dalam ekosistem yang menjadi habitatnya dapat bermacam-macam, seperti perairan, daratan, hutan atau sawah.

Hadal pelagik : bagian laut terdalam (dasar).

Herbivora : kelompok hewan pemakan tumbuhan

Intertidal : suatu daerah/zona yang selalu terkena hempasan gelombang tiap saat daerah yang mengalami pasang tertinggi dan surut terendah. Zona intertidal terdiri atas : pasir pantai, karang, muara, mangrove, lamun dan rawa

Integrated Coastal Zone Management : pengelolaan pemanfaatan sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan yang terdapat di kawasan pesisir dengan cara melakukan penilaian secara menyeluruh.

Istilah Habitat : sebagai tempat tinggal atau tempat menghuni seluruh populasi atau komunitas makhluk hidup dalam ekosistem.

Karnivora : Kelompok hewan pemakan daging

Komponen abiotik : Komponen penyusun biosfer yang terdiri dari benda mati yang mendukung kehidupan makhluk hidup pada habitatnya

Komponen biotik : komponen penyusun biosfer yang terdiri dari makhluk hidup yang menempati habitatnya

Komunitas : sekumpulan dari beberapa kumpulan populasi yang berbeda spesies yang membentuk interaksi dalam suatu wilayah

Lamun : tumbuhan berbunga yang hidupnya terbenam di dalam laut, padang lamun ini merupakan ekosistem yang mempunyai produktivitas organik yang  tinggi

Laut : penghubung (bukan perintang) bagian bumi, yang mempunyai fungsi sebagai sumber biodeversiti yang dimana merupakan sumber bahan makanan untuk melengkapi bahan makanan dari daratan, kemudian sumber mineral, energy fosil (minyakbumi) banyak didapatkan dilepas pantai, sumber energi tidal dan memiliki keanekaragaram yang sangat tinggi, khususnya dilaut tropik: terumbu karang, mangrove.

Litoral : daerah yang berbatasan dengan darat.

Mangrove : tumbuhan yang terutama tumbuh pada tanah lumpur aluvial di daerah pantai dan muara sungai yang dipengaruhi pasang surut air laut

Mesopelagik : daerah dibawah epipelagik dengan kedalaman 200 1000 m. Hewannya misalnya ikan hiu.

Neretik : daerah yang masih dapat ditembus cahaya matahari sampai bagian dasar dalamnya ± 300 meter.

Nursery ground : suatu kawasan yang sesuai sebagai tempat organisme muda untuk tumbuh dan berkembang atau sebagai daerah asuhan

Organik : Sesuatu yang bersumber dari makhluk hidup contohnya, tumbuhan,hewan

Organisme heterotrof : Organisme yang tidak dapat mensintesis makanannya sendiri

Produktivitas primer : proses anabolisme ( fotosintesis, kemosintesis) yang terjadi di permukaan laut, darat, air tawar, maupun didalam laut  oleh produsen primer yang menghasilkan makanan bagi konsumen secara langsung dan tidak langsung

Relung (Niche) : adalah profesi (status suatu organisme) dalam suatu komunitas dan ekosistem tertentu yang merupakan akibat adaptasi struktural, fungsional serta perilaku spesifik organisme itu.

Salinitas : Kadar gram garam yang terlarut per kilogram  air laut

Sedimentasi : adalah masuknya muatan sedimen ke dalam suatu lingkungan perairan tertentu melalui media air dan diendapkan di dalam lingkungan tersebut.

Siklus biogeokimia : adalah siklus unsur atau senyawa kimia yang mengalir dari komponen abiotik ke biotik dan kembali lagi ke komponen abiotik. Siklus unsur-unsur tersebut tidak hanya melalui organisme, tetapi jugs melibatkan reaksi-reaksi kimia dalam lingkungan abiotik

Spawning ground : suatu kawasan yang sesuai sebagai tempat memijah atau kawin bagi suatu organisme tertentu

Suksesi : adalah suatu proses perubahan, berlangsung satu arah secara teratur yang terjadi pada suatu komunitas dalam jangka waktu tertentu hingga terbentuk komunitas baru yang berbeda dengan komunitas semula

Suksesi primer : organisme mulai menempati wilayah baru yang belum ada kehidupan contohnya delta

Suksesi sekunder terjadi jika suatu gangguan terhadap suatu komunitas tidak bersifat merusak total tempat komunitas tersebut sehingga masih terdapat kehidupan / substrat seperti sebelumnya.

Pesisir : wilayah peralihan antara laut dan daratan, ke arah darat mencakup daerah yang masih terkena pengaruh percikan air laut atau pasang, dan ke arah laut meliputi daerah paparan benua.

Siklus Nitrogen : transfer nitrogen yang melibatkan  komponen biotik dan abiotik , proses awalnya adalah nitrogen yang ada di atmosfer ditransfer ke dalam tanah melalui hujan secara tidak langsung  dan fiksasi nitrogen secara langsung

Termocline : batas antara lapisan air yang panas di bagian atas dengan air yang dingin di bagian bawah

Terumbu karang : sekumpulan hewan karang yang bersimbiosis dengan sejenis tumbuhan alga yang disebut zooxanhellae

Disusun Oleh :

Ramawijaya                  230210080050

M. Indera G. S. P.        230210080051

Program Studi Ilmu Kelautan

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Jatinangor

2010

Kondisi Hutan Mangrove di Pantai Utara Cirebon Jawa Barat

Kondisi Hutan Mangrove di Pantai Utara Cirebon


Kerusakan hutan mangrove di pantai utara (pantura) Cirebon, Jawa Barat, kian luas. Saat ini hutan mangrove di Kabupaten Cirebon tinggal 70 hektare atau 5,4 kilometer (km) dari 54 km garis pantai.  Berdasarkan pantauan, dari 54 km garis pantai di wilayah Cirebon hanya ada 10% dari yang kondisinya baik dan masih ditumbuhi hutan mangrove. Selebihnya mengalami pendangkalan yang antara lain disebabkan tumpukan sampah serta abrasi. Seperti terlihat di pantai Pasindangan, Kecamatan Gunungjati, Kabupaten Cirebon. Abrasi sudah menggerus areal pertambakan. Air laut maju ke arah darat sekitar 50 meter. “Setidaknya sudah ada 10 hektare daratan yang hilang dalam tiga tahun terakhir ini,” kata Kepala Desa Pasindangan Misnadi.  Tidak hanya itu, sampah yang terdiri dari plastik, kain hingga kaleng pun menggunung di tepi pantai. Bahkan tidak hanya di Pantai Pasindangan, tumpukan sampah pun ditemukan di hampir semua muara sungai di sepanjang pantai Kabupaten dan Kota Cirebon. Antara lain di muara Sungai Bondet, Kesenden, Cangkol, Mundu hingga Gebang.
Sementara itu, Ketua Komunitas Pecinta Sungai Kabupaten Cirebon Bambang Sasongko mengungkapkan, akibat menumpuknya sampah dan abrasi membuat bibit bakau yang ditanam untuk penghijauan pantai hanya 30% saja yang bisa tumbuh. Menurut Bambang, saat ini di wilayah Cirebon hutan mangrove hanya ada di Kecamatan Pangenan dan Losari. “Luas arealnya hanya sekitar 70 hektare atau hanya 5,4 km garis pantai,” katanya. Sisanya masih berbentuk tanah kosong bekas tambak, bahkan perumahan penduduk. Di sisi lain, Kepala Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Cirebon Iskukuh mengungkapkan luas hutan bakau di pesisir Kabupaten Cirebon pada 20 tahun lalu masih ada 54 km. “Pembukaan tambak udang membuat hutan bakau berkurang drastis,” katanya.

Hutan mangrove di pesisir utara Cirebon sebelumnya memiliki produktivitas primer yang termasuk tinggi karena hutan mangrove dapat memberikan kontribusi besar terhadap kelangsungan hidup organisme yang hidup pada ekosistem tersebut. Namun, karena Kerusakan hutan mangrove di pantai utara (pantura) Cirebon, Jawa Barat, kian luas dikarenakan adanya pendangkalan akibat dari proses sedimentasi dalam skala besar dan luas dapat merusak ekosistem mangrove karena tertutupnya akar nafas dan berubahnya kawasan menjadi daratan. Selain itu, permasalahan lainnya adanya tumpukan sampah yang mengakibatkan penurunan kandungan oksigen yang terlarut dalam air, mengalami dekomposisi sehingga menghasilkan hidrogen sulfida (H2S) dan amoniak (NH3) yang keduanya merupakan racun bagi organisme yang hidup pada rantai makanan ekosistem tersebut.  Adapula sampah padat yang dapat mengakibatkan kematian pohon-pohon mangrove dan pertambakkan udang mengakibatkan terganggunya pula siklus rantai makanan, energi dan materi pada ekosistem tersebut.

Daun mangrove yang gugur  yang menghasilkan gula lewat proses fotosintesis hanya memakai energi matahari dan C02 dari udara pada tingkatan trofik ekosistem mangrove sebagai produsen. Kemudian detritus (pengurai) pada tingkatan trofik sebagai dekomposer pada ekosistem ini yaitu mikrobial menghancurkan atau menguraikan senyawa organik yang berasal dari penghancuran luruhan daun dan ranting mangrove yang jatuh ke substrat perairan pada ekosistem mangrove.  Daun mangrove yang mengalami perubahan komposisi senyawa di konsumsi oleh kepiting, kerang dan udang, pada tingkatan trofik sebagai konsumen tingkat II. Pada rantai makanan, aliran energi dan materi pada ekosistem ini juga timbul predasi yaitu siklus pemangsa dan dimangsa dimana ikan, burung bangau pada tingkatan trofik menempati posisi konsumen tingkat III.

Rantai makanan yang terdapat di ekosistem mangrove dengan rantai makanan di tambak

Konversi ekosistem mangrove menjadi tambak merupakan faktor utama penyebab hilangnya hutan mangrove dunia, tidak terkecuali di pesisir utara Jawa Barat ini. Di kawasan umumnya terdapat banyak pertambakan udang dengan salinitas tinggi sehingga ekosistem mangrove di kawasan ini mengalami perubahan dan penurunan secara perlahan. Mulai dari tingkatan trofik bukan lagi di awali dari daun mangrove yang gugur sebagai produsen tapi plankton yang mempunyai peranan penting dalam mengatur kelangsungan hidup biota perairan. Kemudian di konsumsi oleh oleh udang dimana pada tingkatan trofik sebagai konsumen tingkat II.

Bagan rantai makanan, alir energi beserta materi setelah terjadinya perubahan lahan konversi menjadi tambak udang

Pada perubahan ekosistem mangrove menjadi lahan tambak udang rantai makanan, aliran energi beserta materi juga mengalami perubahan. Dimana detrivitor  pada  lahan tambak udang ini adalah plankton, plankton terdiri dari fitoplankton  dan zooplankton. Dimana fitoplankton merupakan organisme memilki kandungan unsur hara yang berlebih dan ini sangat sesuai dengan kondisi yang kaya unsur hara dan kecendrungan kandungan oksigen terlarut yang rendah.  Selain itu ada zooplankton, organisme ini sering memangsa fitoplankton. Plankton pada lahan udang di konsumsi oleh udang, pada tingkatan trofik sebagai konsumen tingkat II.

Sumber :

http://www.mediaindonesia.com/read/2009/10/10/101831/123/101/Hutan-Bakau-di-Pesisir-Cirebon-Tinggal-54-Km-Garis-Pantai

http://www.bplhdjabar.go.id/index.php/kondisi-umum-daerah-jabar

Program Studi Ilmu Kelautan

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Jatinangor

2010

Alat Tangkap

ALAT TANGKAP

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Metode Penangkapan Ikan

Disusun oleh :

M. Indera G. S. P.            230210080051

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

JATINANGOR

2010


KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur atas kehadirat ALLAH Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya lah makalah Metode Penangkapan Ikan berkaitan dengan Alat Tangkap ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Saya mengucapkan rasa terima kasih kepada para Dosen Metode Penangkapan Ikan karena telah membimbing saya khususnya, dan umumnya teman-teman dalam penulisan makalah ini sehingga menjadi layak untuk bahan kajian.

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Metode Penangkapan Ikan, yang kami harapkan dapat bermanfaat bagi saya sendiri dan bagi semua yang membacanya khususnya bagi Ilmu Kelautan kita.

Saya menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan..

Bandung, 14 Maret 2010

Penyusun

ALAT TANGKAP

Menurut Panduan Kegiatan Terbaik mengenai Standar Inti bagi Pengumpulan, Penangkapan dan Penyimpanan Ikan tahun 2001, pengelolaan perikanan adalah suatu proses terpadu yang mencakup setiap aspek penangkapan ikan. Proses tersebut meliput kegiatan yang berawal dari pengumpulan dan analisis informasi, perencanaan, pengambilan keputusan,pemanfaatan sumberdaya, dan perumusan tindakan penegakan peraturan di bidang pengelolaan perikanan. Tindakan penegakan ini dilaksanakan oleh pihak yang berwenang sehingga dapat mengendalikan perilaku pihak yang berkepentingan. Hal ini ditujukan bagi terjaminnya kelangsungan produktivitas perikanan dan kesejahteraan sumberdaya alam hayati di wilayah pesisir dan laut.

Pemerintah Indonesia bertanggungjawab menetapkan pengelolaan sumberdaya alam Indonesia bagi kepentingan seluruh masyarakat, dengan memperhatikan kelestarian dan keberlanjutan sumberdaya tersebut. Hal ini juga berlaku bagi sumberdaya perikanan, seperti ikan, lobster dan udang, teripang, dan kerang-kerangan seperti kima, dan kerang mutiara. Sumberdaya ini secara umum disebut atau termasuk dalam kategori dapat pulih. Namun, kemampuan alam untuk memperbaharui ini bersifat terbatas. Jika manusia mengeksploitasi sumberdaya melelebihi batas kemampuannya untuk melakukan pemulihan, sumberdaya akan mengalami penurunan, terkuras dan bahkan menyebabkan kepunahan. Penangkapan berlebih atau ‘over-fishing’ sudah menjadi kenyataan pada berbagai perikanan tangkap di dunia – Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) memperkirakan 75% dari perikanan laut dunia sudah tereksploitasi penuh, mengalami tangkap lebih atau stok yang tersisa bahkan sudah terkuras – hanya 25% dari sumberdaya masih berada pada kondisi tangkap kurang (FAO, 2002). Total produksi perikanan tangkap dunia pada tahun 2000 ternyata 5% lebih rendah dibanding puncak produksi pada tahun 1995 (tidak termasuk Cina, karena unsur ketidak-pastian dalam statistik perikanan mereka). Sekali terjadi sumberdaya sudah 3 menipis, maka stok ikan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk pulih kembali, walaupun telah dilakukan penghentian penangkapan. Masalah ini bahkan sudah menjadi pesan SEKJEN – PBB pada Hari Lingkungan Hidup sedunia tanggal 5 Juni 2004.

ALAT TANGKAP RUMPON

Rumpon merupakan salah satu alat penangkapan yang banyak digunakan oleh nelayan di Jawa Barat. Istilah lain rumpon dikenal dengan nama FAD (Fish Agregation Device) sedangkan fungsi dari rumpon ini untuk memikat ikan agar berkumpul di satu daerah penangkapan.

Penggunaan rumpon tradisional di Indonesia banyak ditemukan di daerah Mamuju (Sulawesi Setatan) dan Jawa Timur. Menurut Monintja (1993) rumpon banyak digunakan di Indonesia pada tahun 1980, sedangkan Negara yang sudah mengoperasikan rumpon diantaranya Jepang, Philipina, Srilanka, Papua Nugini dan Australia.

Konstruksi berbagai jenis rumpon yang terdapat di perairan Indonesia dapat dilihat pada gambar berikut, antara lain:

Agar kepemilikkan rumpon tidak tertukar atau hilang, maka diberi tanda, misalnya dengan bendera, pelampung, cermin atau tanda lain sesuai keinginan pemiliknya. Gambar berikut memperlihatkan contoh jenis -jenis tanda yang dipasang dirumpon.


Penelitian tentang rumpon terus dilakukan oleh peneliti-peneliti kita. Pada tahun 1999 Arsyad telah melakukan penelitian atraktor rumpon, dia telah mengganti daun kelapa dengan daun lontar dengan asumsi daun lontar jauh lebih tahan dari daun kelapa dan hasilnya sangat berbeda nyata. Rumpon dari daun lontar memberikan hasil tangkapan yang lebih banyak.

Berbagai jenis alat tangkap mulai dari yang tradisional sampai alat tangkap modern telah memanfaatkan cahaya sebagai alat bantu. Jenis-jenis alat tangkap berupa bagan tancap di Perairan Sulawesi Selatan menggunakan lampu strong, kin (pressure lamp) sebagai sumber cahaya. Begitu pula alat tangkap purse seine yang beroperasi pada malam hari tersebar luas di Perairan Indonesia merupakan alat tangkap yang memanfaatkan cahaya sebagai alat bantu (gambar 3.4), sedangkan bagaimana cara kerja pressure lamp dapat di lihat pada gambar 3.5.

Begitu pula bagan raksasa yang, sifat mobilenya menggunakan lampu mercury sebagai alat bantu. Di Rusia kita kenal perikanan Kilka, sedangkan di Philipina dikenal perikanan basnig dan di Jepang dikenal dengan perikanan Sanno (pacific saucy) semuanya menggunakan alat bantu cahaya.


Dengan demikian, cahaya telah memberikan andil yang besar datam pemanfaatan sumber daya perikanan. Dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknotogi diharapkan dapat membantu pengembangan light fishing ke arah yang lebih maju lagi.

SERO

“Sero” itulah nama alat tangkap ikan yang banyak di jumpai dipinggir laut Kendari. Sero terbuat dari jaring nelayan, bambu, dan kayu. Sero biasanya dipasang di laut pada kedalaman antara 2 smpai 3 meter. Sero dipasang dengan system tancap. Setia pagi pemilik sero melakukan panen ikan.

Karena sistem kerjanya ditancap yang membentang antara 30 sampai 50 meter dalam bentuk anak panah atau busur.

Pada ujung busur disediakan ruang untuk menampung ikan. Ukurannya kurang diameter 150cm. Pada pintu masuk ruang ini dibentuk sedemikian rupa sehingga ikan hanya bisa masuk tapi tidak bisa keluar. System kerjanya persis seperti bubu.

Bubu Dasar

Bubu dasar dapat terbuat dari anyaman bambu (bamboo netting), anyaman rotan (rattan netting) dan anyaman kawat (wire netting) dengan derican berbagai macam bentuk (Gambar 4.9). Dalam pengoperasiannya dapat memakai umpan atau tanpa umpan.

JALA LEMPAR


Jala lempar merupakan alat tangkap yang sederhana dan tidak membutuhkan biaya yang besar dalam pembuatan. Bahannya terbuat dari nilon multifilamen atau dari monofilamen, diameternya berkisar 3 – 5 m. Bagian kaki jaring diberikan pemberat terbuat dari timah.

Jala lempar dioperasikan menggunakan tenaga manusia, cara melemparnya menggunakan teknik-teknik tertentu (Gambar 4.23). Alat ini banyak dioperasikan di perairan seperti ; sungai, waduk dan danau serta perairan pantai berkedalaman berkisar 0,5 – 10 m. Jenis ikan yang umum ditangkap adalah jenis ikan yang bermigrasi ke daerah pantai seperti ; ikan belanak, julung-julung, udang dan lain-lain.

PUKAT SOTONG

Di Malaysia alat tangkap ini khususnya digunakan untuk menangkap Cumi-cumi dengan menggunakan cahaya sebagai alat bantu dan kapal fiberglass berukuran panjang 15,9 m dan lebar 3,6 m.

Alat ini dilengkapi dengan lampu dan jaring, menggunakan bingkai lampu yang panjangnya 4,6 m dan bingkai jaring 11,6 m berdiameter 10,2 cm. Lampu yang digunakan sebanyak 12 buah berkekuatan 500 watt/buah untuk menjangkau jarak 50 m di sekeliling kapal. Jaringnya terbuat dari nylon berbentuk segi empat. Kaki jaring berukuran 9,84 x 6,77 m, ukuran mata jaring 2,4 cm. Bagian mulut jaring dipasang cincin berdiameter 2,4 cm, jarak tiap cincin 0,76 m ditambahkan pemberat yang terbuat dari timah (Gambar4.21).

Operasi penangkapan dilakukan malam hari saat bulan gelap. Setelah menentukan lokasi (fishing ground) Lampu dinyalakan pada setiap sisi kapal, apabila kumpulan Cumi-cumi terlihat berkumpul disekitar kapal, lampu dipadamkan pada salah satu sisi kapal sehingga kumpulan Cumi-cumi akan terkonsentrasi di sisi kapal yang lebih terang dimana telah dipasang jaring (Gambar 4.22).

COVERING NET

Salah satu jenis alat tangkap dengan cara menutup ikan dari atas ialah Covering Net. Bentuk dari alat tangkap ini hampir sama dengan Cash Net (jala lempar) yang umum digunakan pada daerah-daerah yang dangkal seperti pada tambak udang dan ikan. Namun ada juga yang sudah modern seperti Pukat Sotong yang digunakan untuk menangkap Cumi-cumi yang banyak dikembangkan diperairanMalaysia.

PANCING TONDA (Troling Line)

Pancing Tonda (Troling Line) adalah pancing yang diberi tali panjang dan ditarik olah perahu atau kapal. Pancing diberi umpan ikan segar atau umpan palsu. Karena adanya tarikan maka umpan akan bergerak di dalam air sehingga dapat merangsang ikan buas untuk menyambarnya.
Dipasaran terdapat banyak variasi dari Pancing Tonda, terutama untuk pada penggemar sport fishing. Biasanya untuk keperluan komersial hanya bagian desainnya saja yang banyak variasinya. Desain umum dan beberapa variasi dari Pancing Tonda ini dapat dilihat pada gambar 4.19 dan gambar 4.20.

Pengoperasian Pancing Tonda memerlukan perahu/kapal yang selalu bergerak di depan gerombolan ikan yang akan ditangkap. Biasanya pancing ditarik dengan kecepatan 2 – 6 knot tergantung dari jenisnya (Tabel4.3).

Rawai (Long Line)

Rawai (Long Line) terdiri dari rangkaian tali utama dan tali pelampung, dimana pada tali utama pada jarak tertentu terdapat beberapa tali cabang yang pendek dan berdiameter lebih kecil dan di ujung tali cabang ini diikatkan pancing yang berumpan.

Rawai yang dipasang di dasar perairan secara tetap dalam jangka waktu tertentu disebut Rawai Tetap atau Bottom Long Line atau Set Long Line digunakan untuk menangkap ikan-ikan demersal (Gambar 4.18). Ada juga Rawai yang hanyut biasa disebut Dript Long Line digunakan untuk menangkap ikan-ikan pelagis.

Bahan tali pancing dapat terbuat dari bahan monofilament (PA) atau multifilament (PES seperti terylene, PVA seperti kuralon atau PA seperti nylon). Beberapa perbedaan dari ke dua jenis bahan tersebut dilihat dari segi teknis diantaranya

Bahan multifilament lebih berat dan mahal, mudah dalam perakitannya dan lebih sesuai untuk kapal-kapal kecil;

Bahan multifilament lebih tahan dan mudah ditangani, sehingga dalam jangka panjang harganya relatif lebih rendah; Monofilament lebih kecil, halus dan transparan, sehingga dalam pemakaiannya akan memberikan hasil tangkapan yang lebih baik.

Pelepasan pancing (setting) dilakukan menurut garis yang menyerong,, atau tegak lurus pada arus. Waktu pelepasan tergantung jumlah basket yang akan dipasang, diharapkan pada dini hari sehingga settingan selesai pada pagi hari dimana saat ikan sedang giatnya mencari mangsa.

Umpan yang umum dipakai adalah jenis ikan yang mempunyai sisik mengkilat, tidak cepat busuk Berta mempunyai rangka yang kuat tidak mudah lepas pada saat disambar ikan.

HAND LINES


Alat tangkap pancing Hand Lines merupakan alat pancing yang sangat sederhana, terdiri dari pancing, tali pancing dan umpan. Jumlah mata pancingnya satu buah bahkan lebih, bisa menggunakan umpan asli maupun buatan. Namun ukuran pancing dan besarnya tali pancing disesuaikan dengan besarnya ikan yang akan ditangkap, seperti untuk menangkap Ikan Tuna menggunakan tali monofiloment dengan diameter 1,5 – 2,5 mm dengan pancing nomor 5 – 1 dan ditambahkan timah sebagai pemberat.

SURFACE TRAWL (Jaring yang dioperasikan di permukaan air)

Jaring ditarik dekat permukaan air (Surface Water) yang bertujuan untuk menarik ikan dipermukaan air. Ada beberapa kendala dalam pengoperasiannya, kecepatan menarik jaring harus lebih cepat dari kecepatan ikan berenang, oleh karena itu jenis Trawl ini sebaiknya digunakan untuk menangkap jenis ikan yang lambat berenangnya.

Pukat Udang (Shrimp Trawl)

Pukat udang adalah jenis jaring berbentuk kantong dengan sasaran tangkapannya udang. Jaring dilengkapi sepasang (2 buah) papan pembuka mulut jaring (otter board) dan Turtle Excluder Device/TED, tujuan utamanya untuk menangkap udang dan ikan dasar (demersal), yang dalam pengoperasiannya menyapu dasar perairan dan hanya boleh ditarik oleh satu kapal motor.

Pukat Ikan (Fish Net)

Pukat Ikan atau Fish Net adalah jenis penangkap ikan berbentuk kantong bersayap yang dalam operasinya dilengkapi (2 buah) papan pembuka mulut (otter board), tujuan utamanya untuk menangkap ikan perairan pertengahan (mid water) dan ikan perairan dasar (demersal), yang dalam pengoperasiannya ditarik melayang di atas dasar hanya oleh 1 (satu) buah kapal bermotor.

Pukat Kantong (Seine Net)

Pukat Kantong adalah alat penangkapan ikan berbentuk kantong yg terbuat dari jaring & terdiri dari 2 (dua) bagian sayap, badan dan kantong jaring. Bagian sayap pukat kantong (seine net) lebih panjang dari pada bagian sayap pukat tarik (trawl). Alat tangkap ini digunakan untuk menangkap berbagai jenis ikan pelagis, dan demersal. Pukat Kantong terdiri dari Payang, Dogol dan Pukat Pantai.

Jaring Insang (Gillnet)

Jaring insang adalah alat penangkapan ikan berbentuk lembaran jaring empat persegi panjang, yang mempunyai ukuran mata jaring merata. Lembaran jaring dilengkapi dengan sejumlah pelampung pada tali ris atas dan sejumlah pemberat pada tali ris bawah. Ada beberapa gill net yang mempunyai penguat bawah (srampat/selvedge) terbuat dari saran sebagai pengganti pemberat. Tinggi jaring insang permukaan 5-15 meter & bentuk gill net empat persegi panjang atau trapesium terbalik, tinggi jaring insang pertengahan 5-10 meter dan bentuk gill net empat persegi panjang serta tinggi jaring insang dasar 1-3 meter dan bentuk gill net empat persegi panjang atau trapesium. Bentuk gill net tergantung dari panjang tali ris atas dan bawah.

Jaring Angkat (Lift Net)

Jaring angkat adalah alat penangkapan ikan berbentuk lembaran jaring persegi panjang atau bujur sangkar yang direntangkn atau dibentangkan dengan menggunakn kerangka dari batang kayu atau bambu (bingkai kantong jaring) sehingga jaring angkat membentuk kantong.

Pancing (Hook and Lines)

Pancing adalah alat penangkapan ikan yang terdiri dari sejumlah utas tali dan sejumlah pancing. Setiap pancing menggunakan umpan atau tanpa umpan, baik umpan alami ataupun umpan buatan. Alat penangkapan ikan yang termasuk dalam klasifikasi pancing, yaitu rawai (long line) dan pancing.

Perangkap (Traps)

Perangkap adalah alat penangkapan ikan berbagai bentuk yang terbuat dari jaring, bambu, kayu dan besi, yangg dipasang secara tetap di dasar perairan atau secara portable (dapat dipindahkan) selama jangka waktu tertentu. Umumnya ikan demersal terperangkap atau tertangkap secara alami tanpa cara penangkapan khusus.

Alat Pengumpul Rumput Laut (Sea Weed Colector)

Alat pengumpul rumput laut adalah alat yg digunakan untuk mengambil dan mengumpulkan rumput laut, terdiri dari pisau, sabit dan alat penggaruk. Pengumpulannya dilakukan dengan menggunakan tangan dan pisau atau sabit sebagai alat pemotong dan alat penggaruk sebagai alat pengumpul rumput laut. Hasil potongan rumput laut dimasukkan ke dalam keranjang.

Muroami

Muroami adalah alat penangkapan ikan berbentuk kantong yg terbuat dari jaring dan terdiri dari 2 (dua) bagian sayap yg panjang, badan dan kantong jaring (cod end). Pemasangannya dng cara menenggelamkan muroami yang dipasang menetap menggunakan jangkar. Pada setiap ujung bagian sayap serta di sisi atas kedua bagian sayap dan mulut jaring dipasang pelampung bertali panjang. Untuk menarik jaring ke arah belakang, menggunakan sejumlah perahu/kapal yg diikatkan pd bagian badan dajn kantong jaring. Muroami dipasang di daerah perairan karang untuk menangkap ikan-ikan karang.

PURSE SEINE

Alat tangkap Purse Seine dikenal juga sebagai Pukat Cincin atau Pukat Lingkar. Alat tangkap ini berbentuk persegi panjang dengan pelampung (Floats) di bagian atas dan pemberat (Sinkers) serta cincin besi (Rings) di bagian bawah. Pada saat dioperasikan, kapal yang membawa alat tangkap ini melingkari sekawanan ikan yang telah dikumpulkan dengan pemikat rumpon dan lampu berkekuatan tinggi. Setelah lingkaran terbentuk sempurna maka tali kolor (Purse Line) yang terdapat di bagian bawah akan ditarik melewati cincin-cincin besi yang bergelantungan di bagian bawah jaring sehingga alat tangkap ini akan mengerucut dan berbentuk seperti mangkok dengan segerombolan ikan yang terkurung di dalamnya. Selanjutnya seluruh jaring akan ditarik ke sisi kapal dan ikan yang tertangkap akan terkumpul di bagian kantong jaring secara otomatis.

DAFTAR PUSTAKA

http://hobiikan.blogspot.com/2009/02/jenis-jenis-alat-tangkap-yang.html

http://wisata.kompasiana.com/2009/12/28/%E2%80%9Csero%E2%80%9D-alat-tangkap-ikan-sederhana-di-sekitar-laut-kendari/

http://hobiikan.blogspot.com/2009/03/jala-lempar-cash-net.html

http://hobiikan.blogspot.com/2009/03/pukat-sotong.html

http://hobiikan.blogspot.com/2009/03/covering-net.html

http://hobiikan.blogspot.com/2009/03/jenis-alat-penangkap-ikan-pancing-tonda.html

http://hobiikan.blogspot.com/2009/03/alat-penangkapan-ikan-rawai-long-line.html

http://hobiikan.blogspot.com/2009/03/hand-lines.html

http://hobiikan.blogspot.com/2009/03/jenis-jenis-trap-perangkap-ikan.html

http://hobiikan.blogspot.com/2009/03/jenis-jenis-trawl.html

http://mukhtar-api.blogspot.com

www.eurocbc.org/purseseine.gif

Ayodhyoa,A.U.1983.Metode Penangkapan Ikan. Cetakan pertama. Faperik. IPB. Bogor

Subani,W. 1978. Alat dan Cara Penangkapan Ikan di Indonesia,jilid I. LPPL. Jakarta

The Gourack Ropework,Co.,ltd.1961. Deep sea trawling and wing trawling. Ward, george, ed. 1964. Stern trawling

Dinas Perikanan Propinsi Jawa Barat, 2008

M. Indera G.S.P.
230210080051
Program Studi Ilmu Kelautan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Laboratorium Fisika Laut

Universitas Padjadjaran

PROSES di ATMOSFER PADA SAAT TERJADI EL NINO


Gejala alam global yang satu ini sebuah anomali (menyimpang dari kebiasaan) yang merupakan hasil interaksi antara kondisi permukaan samudera dan atmosfer di kawasan Pasifik sekitar garis khatulistiwa (tropis). Interaksi itu menghasilkan tekanan tinggi di Pasifik bagian timur yang menimbulkan aliran massa udara yang berhembus ke barat. Karena angin ini mendorong air di depannya macam bajak imajiner, permukaan laut di sekitar Indonesia dan Australia terangkat kira-kira setengah meter lebih tinggi ketimbang air di lepas pantai Peru. Ketika tekanan turun dan pertukaran angin berkurang, air bergerak kembali menuju ke timur.

Aliran ke arah timur ini merupakan pusat kegiatan fisik yang mengendalikan El Nino. Pengadukan ini mendorong terbentuknya gelombang sepanjang samudera itu, mirip riak di permukaan kolam. Gelombang ini pada gilirannya menekan thermocline, suatu lapisan air yang merupakan batas antara massa air yang lebih hangat di bawah permukaan laut dengan air lebih dingin di bawahnya. Ketika thermocline ini masuk lebih dalam, suhu permukaan air laut meningkat dan El Nino pun berlangsung. Karena itu pula si Buyung sering disebut fase panas.

Jadi, perubahan-perubahan samudera itu mempengaruhi atmosfer dan pola iklim dunia. Pada gilirannya, perubahan atmosfer itu mempengaruhi suhu dan arus laut. Begitu seterusnya, melalui proses fisika yang rumit sistem interaksi itu menghasilkan fase panas (El Nino), fase normal, dan fase dingin. Yang terakhir inilah yang disebut sebagai La Nina alias si Upik.

Meski sifatnya berlawanan dengan El Nino, tapi La Nina ditakuti juga. Karena sifatnya yang dingin itu, perilakunya juga menghasilkan bencana. Di beberapa wilayah, termasuk Indonesia, curah hujannya berlebihan, hingga menimbulkan banjir, tanah longsor, bahkan hujan badai yang bisa memporakporandakan apa saja.

Perubahan iklim di belahan bumi utara pada musim dingin menjelaskan bahwa pemanasan besar di atas wilayah daratan utama dan pendinginan di atas Pasifik Utara dan Atlantik Utara. Ini “laut dingin – tanah hangat” pola ini telah terbukti dapat dihubungkan dengan perubahan dalam sirkulasi atmosfer, dan, khususnya dengan kecenderungan dalam beberapa dekade.

Perubahan dalam sirkulasi atmosfer dan temperatur air umumnya menghasilkan peningkatan curah hujan di Pasifik timur (pantai Chili dan Peru, misalnya), dan menurunnya curah hujan di Pasifik Barat (Australia dan Indonesia, misalnya).

Dibandingkan dengan udara sejuk, udara hangat kurang padat dan mampu menahan lebih banyak uap air. Sebagai hasil dari kerapatan yang rendah, udara hangat di atmosfer rendah cenderung naik, memperluas, dan sejuk.  Setiap 1000 kaki, mendingin 5,5 Fahrenheit (10 ° C setiap 1000 m).  Karena ini udara dingin tidak lagi mampu menahan lebih banyak uap air, lalu mulai mengembun menjadi tetesan air dan membentuk awan.  Efek sebaliknya terjadi di atmosfer saat udara turun itu menghangatkan dan mengering.

Normal Global Sirkulasi

Atmosfer bumi terus-menerus bergerak, yaitu suatu peristiwa yang di alami seperti peberubahan angin, cuaca, dan pola-pola awan. Pola angin ini sangat kompleks, terutama pada skala kurang dari 100 kilometer. Jika arah dan kecepatan angin ini setara atau lebih dari bagian besar dari permukaan bumi, pola sirkulasi global muncul, yaitu suatu pola yang dibentuk oleh pemanasan matahari dan rotasi bumi.

Perubahan Selama El Nino

Selama El Nino, salah satu perubahan yang terjadi yaitu, seperti sirkulasi udara yang melintasi Samudera Pasifik rusak. Lebih hangat daripada air biasa muncul di timur Pasifik, dan lebih dingin daripada air biasa muncul di Pasifik barat.

Pergerakan tekanan atmosfer

La Nina bukanlah sosok wanita yang punya kekuataan dahsyat macam tokoh 3 wanita cantik dalam film Charlie’s Angel. Ia adalah kondisi alam yang ditandai dengan menurunnya temperatur permukaan laut di wilayah Pasifik ekuator atau tropis hingga di bawah normal yang diikuti dengan munculnya tiupan angin pasat yang kencang di kawasan itu.

Sementara El nino ditandai dengan meningkatnya suhu permukaan air laut di wilayah yang sama. Jadi, “panggung pertunjukan” keduanya sama-sama di Pasifik ekuator. Mereka tampil bergantian. Namun, penampilannya sama-sama membuat beberapa tempat di bumi ini terkadang menderita.

Gelombang-gelombang di bawah permukaan laut ternyata tak cuma mengungkapkan asal dan perjalanan El Nino. Gelombang-gelombang itu juga menjelaskan bagaimana El Nino berakhir. Ketika gelombang pertama menghantam pantai Amerika Selatan, sebagian memantul kembali. Ketika gelombang yang dipantulkan itu mendekati Asia, mereka memantul lagi. Tapi pantulan ganda ini memberi pengaruh terbalik. Tak mampu menekan thermocline, gelombang yang dipantulkan kedua kali ini sekarang naik. Air dingin menggantikan cairan yang lebih hangat di permukaannya, menyebabkan temperatur turun di Pasifik sebelah timur dan penurunan ini diketahui sebagai La Nina.

Cuaca adalah keadaan lapisan udara (troposfer) di suatu tempat yang tidak luas pada saat tertentu dan dalam waktu yang tidak terlalu lama. Adapaun cuaca rata-rata pada suatu wilayah yang luas dan dalam waktu yang alam disebut iklim. Cuaca dapat diamati berdasarkan unsur-unsur cuaca. Unsur-unsur yang dimaksud, antara lain suhu udara, tekanan udara, kelembapan udara, angin, awan, dan curah hujan.

Sebuah efek rumah kaca yang diperkirakan menyebabkan terjadinya pendinginan di bagian atmosfer yang lebih tinggi karena adanya peningkatan efek “selimut” di bagian bawah atmosfer menyimpan panas yang lebih banyak, menyebabkan lebih sedikit panas yang dapat mencapai atmosfer bagian atas. Suhu permukaan dan troposfer yang relatif lebih dingin, dan suhu stratosfer bagian bawah yang relatif lebih hangat. Pemanasan ini direfleksikan dari permukaan hingga di bagian atas troposfer.

Ada pertanyaan di benak saya yaitu, apakah terjadi perubahan pada sirkulasi atmosfer/lautan?

Lalu saya mencari jawab nya dan disimpulkan dari beberapa artikel bahwa terjadi perubahan pada sirkulasi atmosfer/lautan yaitu ditandai oleh sebuah perubahan yang agak tiba-tiba pada perilaku El Nino – South Oscillation terjadi pada sekitar tahun 1976/77 dan perilaku ini terus berlangsung hingga sekarang. El Nino lebih sering terjadi dan lebih dahsyat daripada La Nina yang lebih dingin. Perilaku yang sangat di luar kebiasaan terjadi dalam 120 tahun terakhir (periode dimana terdapat catatan instrumental). Perubahan pada curah hujan di wilayah Pasifik tropis berhubungan dengan perubahan pada El Nino – South Oscillation, yang juga mempengaruhi pola dan kekuatan temperatur di permukaan. Namun demikian, tidak jelas apakah perubahan yang jelas sekali terlihat pada siklus ENSO ini disebabkan oleh pemanasan secara global.

Perubahan yang besar dan cepat pada iklim mengubah sirkulasi atmosfer dan lautan serta suhu, dan juga siklus hidrologis, terjadi sepanjang jaman es terakhir dan sepanjang masa transisi menuju periode Holocene (yang terjadi sekitar 10.000 tahun yang lalu). Berdasarkan bukti tidak lengkap yang ada, perubahan diproyeksikan akan berubah dari 3 hingga 7°F (1,5 – 4°C) sepanjang abad yang akan datang akan menjadi sesuatu yang luar biasa dibandingkan dengan catatan terbaik yang ada dari beberapa ribu tahun yang lalu.

Yang harus di lakukan di masa mendatang !!!!

Karena adanya berbagai kompleksitas di atmosfer, alat yang paling berguna untuk mengukur perubahan di masa depan adalah ‘model iklim’. Ini adalah model yang dibuat di komputer berdasarkan hitungan matematis yang merupakan simulasi, dalam tiga dimensi, perilaku iklim, komponen serta interaksinya. Model iklim juga terus menerus diperbaiki berdasarkan pemahaman kita serta peningkatan kecanggihan alat komputer, meskipun secara definisi, sebuah model komputer adalah suatu simplifikasi dan simulasi dari keadaan nyata, yang artinya bahwa model tersebut merupakan kalkulasi secara kasar dari sistem iklim nyata. Langkah pertama dalam membuat model proyeksi dari perubahan iklim adalah dengan mula-mula melakukan simulasi tentang iklim saat ini dan membandingkannya dengan pengamatan.

Bila model ini dianggap cukup baik untuk mewakili iklim modern, kemudian beberapa parameter tertentu diubah, seperti konsentrasi gas rumah kaca, yang akan membantu kita memahami bahwa iklim akan berubah sebagai respons dari perubahan tersebut. Oleh karena itu, proyeksi perubahan iklim masa depan sangat bergantung pada sebaik apa model iklim komputer tersebut mensimulasikan iklim dan pada pemahaman kita mengenai mana fungsi-fungsi pendorong yang akan berubah di masa datang.

Sumber:

http://lwf.ncdc.noaa.gov/oa/climate/globalwarming.html

(disadur dari http://www.sehatgroups.web.id)

Perubahan iklim di belahan bumi utara pada musim dingin menjelaskan bahwa pemanasan besar di atas wilayah daratan utama dan pendinginan di atas Pasifik Utara dan Atlantik Utara. This “cold ocean – warm land” pattern has been shown to be linked to changes in the atmospheric circulation, and, in particular, to the tendency in the past few decades for the North Atlantic Oscillation (NAO) to be in its positive phase.Ini “laut dingin – tanah hangat” pola ini telah terbukti dapat dihubungkan dengan perubahan dalam sirkulasi atmosfer, dan,khususnya, dengan kecenderungan dalam beberapa dekade.

Perubahan dalam sirkulasi atmosfer dan temperatur air umumnya menghasilkan peningkatan curah hujan di Pasifik timur (pantai Chili dan Peru, misalnya), dan menurunnya curah hujan di Pasifik Barat (Australia dan Indonesia, misalnya).

Dibandingkan dengan udara sejuk, udara hangat kurang padat dan mampu menahan lebih banyak uap air. As a result of its low density, warm air low in the atmosphere tends to rise, expand, and cool.Sebagai hasil dari kerapatan yang rendah, udara hangat di atmosfer rendah cenderung naik, memperluas, dan sejuk. Every 1000 feet, it cools 5.5 Fahrenheit (10°C every 1000 m). Setiap 1000 kaki, mendingin 5,5 Fahrenheit (10 ° C setiap 1000 m). Since this cooled air is no longer able to hold as much moisture, its moisture begins to condense into water droplets and form clouds. Karena ini udara dingin tidak lagi mampu menahan lebih banyak uap air, lalu mulai mengembun menjadi tetesan air dan membentuk awan. The opposite effect occurs in the atmosphere when air descends–it warms and dries.Efek sebaliknya terjadi di atmosfer saat udara turun itu menghangatkan dan mengering.

Gambar 1: Rising, pendinginan, dan kondensasi

Normal Global Sirkulasi

Atmosfer bumi terus-menerus bergerak, yaitu suatu peristiwa yang di alami seperti peberubahan angin, cuaca, dan pola-pola awan. Wind patterns are very complex, especially at scales less than 100 kilometers.Pola angin ini sangat kompleks, terutama pada skala kurang dari 100 kilometer.If these wind directions and speeds are averaged over large sections of Earth’s surface, a global circulation pattern emerges–a pattern shaped by solar heating and Earth’s rotation. Jika arah dan kecepatan angin ini setara atau lebih dari bagian besar dari permukaan bumi, pola sirkulasi global muncul, yaitu suatu pola yang dibentuk oleh pemanasan matahari dan rotasi bumi.

Perubahan Selama El Nino

Selama El Nino, salah satu perubahan yang terjadi yaitu, seperti sirkulasi udara yang melintasi Samudera Pasifik rusak.Warmer than normal water appears in the eastern Pacific, and colder than normal water appears in the western Pacific. Lebih hangat daripada air biasa muncul di timur Pasifik, dan lebih dingin daripada air biasa muncul di Pasifik barat.

Gambar 5: Perincian sirkulasi

The effects of El Niño, however, do not end there. Teleconnections cause the unusual conditions of El Niño to affect weather worldwide.